Rabu, 14 Oktober 2020

SILKLESS-TASSELSEED PADA JAGUNG

 Tanaman jagung normalnya memiliki bunga jantan (tassel) dan bunga betina (silk) pada satu individu tanaman atau yang disebut berumah satu (monoecious). Akan tetapi pada beberapa kasus telah terjadi bahwa individu tanaman jagung memiliki tasselseed yaitu bunga jantan yang terletak di bagian terminal (ujung batang) menghasilkan benang sari berbentuk biji-biji seperti layaknya pada biji-biji jagung yang ada pada tongkol (bunga betina). Tasselseed ini tidak menghasilkan serbuk sari sehingga pada jagung yang demikian menjadi tanaman berumah dua (diecious) karena benang sari menjadi steril dan yang berfungsi hanyalah bunga betina (silk). Tasselseed terjadi karena mutasi gen Ts (tassel), suatu benang sari yang normal, menjadi gen ts (tasselseed). Pada kejadian lain, tanaman jagung memiliki bentuk mutasi dari gen Sk (silk) menjadi gen sk (silkless). Gen Sk mengekspresikan rambut-rambut pada tongkol jagung, yang merupakan tangkai putik bersama stigma. Rambut-rambut (silk) tumbuh memanjang keluar dari seludung/pembungkus tongkol bersama ovarium/bakal buah. Rambut-rambut yang keluar berperan untuk menangkap serbuk-serbuk sari. Jadi, bila jagung itu memiliki gen silkless dalam keadaan homozigot (sk sk) maka akan mengeskpresikan tanaman jagung berbunga jantan dan berumah dua. Baik gen silkless (sk) dan tasselseed (ts) bila dalam keadaan heterozigot (Sk sk) dan (Ts ts) maka  gen-gen itu tidak terekspresikan. Akan tetapi, bila kedua gen tersebut berada secara bersama-sama dalam satu individu (sk sk ts ts) maka akan mengekspresikan bunga betina (berumah dua). Bagaimana mekanisme pewarisan dari gen-gen tersebut, berikut diceritakan satu contoh pewarisannya dalam satu video tutorial dan gambar-gambar berikut ini.

https://youtu.be/V2s-DoPU6GI






Tidak ada komentar:

Posting Komentar